Teori-teori Komunikasi Massa

a. Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi Massa (Mass Communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik media cetak (Surat Kabar, Majalah) atau media elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada khayak luas di berbagai tempat.

b. Karakteristik Komunikasi Massa menurut para pakar komunikasi :
1.      Komunikator Melembaga (Institutionalized Communicator) atau Komunikator Kolektif (Collective Communicator) karena media massa adalah lembaga sosial, bukan orang per orang.
2.      Pesan bersifat umum, universal, dan ditujukan kepada orang banyak.
3.      Menimbulkan keserempakan (simultaneous) dan keserentakan (instantaneos) penerimaan oleh massa.
4.      Komunikan bersifat anonim dan heterogen, tidak saling kenal dan terdiri dari pribadi-pribadi dengan berbagai karakter, beragam latar belakang sosial, budaya, agama, usia, dan pendidikan.
5.      Berlangsung satu arah (one way traffic communication).
6.      Umpan Balik Tertunda (Delayed Feedback) atau Tidak Langsung (Indirect Feedback); respon audience atau pembaca tidak langsung diketahui seperti pada komunikasi antarpribadi.

c. Pernyataan pernyataan dari Para Ahli
1. Aubrey Fisher
Model adalah analogi/perumapamaan yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat, atau komponen yang penting dari fenomena untuk dijadikan model/contoh.
2. Menurut Severin
Model membantu merumuskan teori dan menyarankan hubungan hubungan.
3. Menurut Deusch
Fungsi model yaitu :
•         Mengorganisasikan (kemiripan data dan hubungan yang tadinya tidak teramati)
•         Heuristik, yaitu menunjukkan fakta dan data yang tidak diketahui..
•         Prediktif, yaitu memungkinkan ramalan
•         Pengukuran, yaitu mengukur fenomena yang diprediksi
4. Gorden Wiseman & Larry Baker
Model komunikasi memiliki 3 fungsi yaitu :
•         Melukiskan proses komunikasi
•         Menunjukkan hubungan visual
•         Membantu dalam menghubungkan atau memperbaiki kemacetan komunikasi

d. Model Model Komunikasi Massa
1. S-R THEORY (Stimulus – Response)
Disini Komunikasi dipandang sebagai suatu aksi dan reaksi. Asumsi : Teori S-R mirip dengan “ HYPODERMIC NEEDLE “, yaitu pesan media langsung menghasilkan respon audiens, namun dalam perkembangan risetnya, teori S-R telah mengalami perubahan, stimulus dari media tidak secara langsung mempengaruhi respon audiens, namun stimulus media itu menerpa Organisme dulu baru kemudian mempengaruhi respon audiens.

2. Aristoteles ( Speaker - Massage – Listener)
Biasa disebut juga dengan Rethoric Approach

3. Lasswell’s Model (Model Lasswell)
(Who – Say What- to whom – In which channel –With what effect)
Teori komunikasi yang dianggap paling awal (1948). Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who says in which channel to whom with what effect (Siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik : Lasswell itu merupakan unsur-unsur proses komunikasi yaitu Communicator (komunikator), Message (pesan), Media (media), Receiver (komunikan/penerima), dan Effeck (efek).

4. The Mathematical Theory of Communication (Teori Matematika Komuikasi)
( Source – Transmitter ? Receiver – Destination )
Teori matematikal ini acapkali disebut model Shannon dan Weaver, oleh karena teori komunikasi manusia yang muncul pada tahun 1949, merupakan perpaduan dari gagasan Claude E. Shannon dan Warren Eaver. Shannon pada tahun 1948 mengetengahkan teori matematik dalam komunikasi permesinan (engineering communication), yang kemudian bersama Warren pada tahun 1949 diterapkan pada proses komunikasi manusia (human communication). Asumsi teori ini adalah sumber informasi (information source) memproduksi sebuah (message) untuk dikomunikasikan. Pesan tersebut dapat terdiri dari kata-kata lisan atau tulisan, musik, gambar, dan lain-lain. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi isyarat (signal) yang sesuai bagi saluran yang akan dipergunakan. Saluran (channel) adalah media yang menyalurkan isyarat dari pemancar kepada penerima (receiver). Dalam percakapan sumber informasi adalah benak (brain), pemancar adalah mekanisme suara yang menghasilkan isyarat, saluran (channel) adalah udara.

5. Schram Wellburg,
khalayak dianggap memiliki tingkat selektifitas bila diterpa suatu media dan tingkat selektifitas itu berdasarkan field of experiencenya. Di dalam teori ini, Field of experience dari khalayak sangat mempengaruhi efek atau response yang akan disampaikan khalayaknya.

6. Newcomb’ABX Model (Model ABX Newcomb)
Pendekatan komunikasi yang berdasarkan pada pendekatan seorang pakar psikolog sosial berkaitan dengan interaksi manusia. Dalam bentuk yang paling sederhana dari kegiatan komunikasi seseorang A menyampaikan informasi kepada orang lain B mengenai sesuatu X. Model ini menyatakan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan terhadap X adalah saling bergantung dan ketiganya membentuk sistem yang meliputi empat orientasi.
Seperti dikutip Effendy (2003) menurut Severin dan Tankard (1992) pada model newcomb ini komunikasi merupakan cara yang biasa dan efektif dimana orang-orang mengorientasikan dirinya terhadap lingkungannya.

e. Teori Teori Dalam Komunikasi
1. Innoculation Theory (Teori Inokulasi)
Teori inokulasi atau teori jarum suntik yang pada mulanya ditampilkan oleh Mcguire ini mengambil analogi dari peristiwa medis. Orang yang terserang penyakit cacar, polio disuntik. Diberi vaksin untuk merangsang mekanisme daya tahan tubuhnya. Demikian pula halnya dengan orang yang tidak memiliki informasi mengenai suatu hal atau tidak menyadari posisi mengenai hal tersebut, maka ia akan lebih mudah untuk dipersuasi atau dibujuk. Suatu cara untuk membuatnya agar tidak mudah kena pengaruh adalah ”menyuntiknya” dengan argumentasi balasan (counterarguments).

2. Individual Different Theory
Asumsi : Pesan yang disampaikan media sebenarnya diterima secara berbeda-beda oleh audiens, karena tiap audiens adalah otonom. Ia mampu secara mandiri memproses, menyeleksi dan mempersepsi pesan media sesuai dengan system referensinya, tiap individu memiliki kemampuan untuk memaknai pesan media sesuai pengetahuanya.
Di dalam teori ini menjelaskan bahwa pesan dalam komunikasi massa membawa dampak yang berbeda beda pada tiap individu sesuai dengan latar belakang pendidikan, culture, dll dari individu tersebut. Jadi, individu lebih selektif dalam memilih pesan yang mereka terima/ tolak.

3. Teori Kategori Sosial
Teori ini menjelaskan bahwa dalam suatu masyarakat walaupun heterogen,  tapi ada dalam hal hal tertentu mereka memiliki kesamaan sehingga membentuk kategori kategori tertentu (kelompok khusus). Kategori ini bisa berdasarkan usia, gender, profesi, dll. Teori ini berangkat dari model komunikasi S – R (resposn dari individu, kategiri sosial, dll).

4. Social Relationship Theory
Sebuah pesan media massa dapat sampai ke khalayaj melalui perantara tertentu, sperti opinion leader (kepala desa). Tidak harus langsung ke khalayak, tapi melalui tahap tertentu, yaitu perantara perantara sehingga terbentuk hubungan antara mereka dan pesan pun akan mudah tersampaikan. Karena ada khalayak yang tidak suka membaca koran atau menonton televisi. Teori ini berangkat dari two step flow or multi step communication model.  Jadi pesan sampai ke khalayak melalui perantara dalam hubungan sosial.

5. Cultural Norm Theory
Efek dari pesan di media massa seringkali mampu mempengaruhi norma norma yang ada di masyarat. Proses nya yaitu ada tiga :
a. memperkuat norma yang ada
b. Memodifikasi/mengubah norma lama
c. menciptakan norma yang baru

6. Uses And Gratifications (Kegunaan Dan Kepuasan)
Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kebutuhan (bahasa Inggris: Uses and Gratification Theory) adalah salah satu teori komunikasi dimana titik-berat penelitian dilakukan pada pemirsa sebagai penentu pemilihan pesan dan media. Pemirsa dilihat sebagai individu aktif dan memiliki tujuan, mereka bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka dan individu ini tahu kebutuhan mereka dan bagaimana memenuhinya. Media dianggap hanya menjadi salah satu cara pemenuhan kebutuhan dan individu bisa jadi menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau tidak menggunakan media dan memilih cara lain.

7. Teori Agenda Setting
Setting didasari oleh asumsi demikian. Teori ini sendiri dicetuskan oleh Profesor Jurnalisme Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Menurut McCombs dan Shaw, “we judge as important what the media judge as important.” Kita cenderung menilai sesuatu itu penting sebagaimana media massa menganggap hal tersebut penting. Jika media massa menganggap suatu isu itu penting maka kita juga akan menganggapnya penting. Sebaliknya, jika isu tersebut tidak dianggap penting oleh media massa, maka isu tersebut juga menjadi tidak penting bagi diri kita, bahkan menjadi tidak terlihat sama sekali. Jadi bisa dikatakan apa yang yang menjadi agenda media juga menjadi agenda masyarakat.

8. Teori Dependency
Dependency Theory menjelaskan kekompatibelan mengenai argumentasi limited-effects dan powerful-effect dari media. Titik sentral dari teori atau pendekatan ini adalah adanya audiens yang bergantung kepada informasi media untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan dan mencapai tujuan-tujuannya. Dengan demikian maka pendekatan ini masih konsisten dengan pendekatan model uses and gratifications. Tidak semuanya cocok memang jika dikaitkan pada kondisi masyarakat di jaman sekarang, terutama di Indonesia. Juga tidak semua aspek informasi sajian dari media massa yang sanggup mempengaruhi secara kuat sehingga audiens menjadi tergantung kepada media dimaksud. Dikaitkan dengan usia seseorang, misalnya, kekuatan media juga semakin berkurang. Hal ini bisa dilihat dari semakin kurangnya kelompok usia lanjut yang membaca dan menonton televisi. Bahkan beberapa orang tertentu di desa-desa, meskipun ada televisi di rumahnya, para orang tua tidak tertarik untuk menontonnya.

9. Teori Difusi Inovasi
Model teori difusi inovasi digunakan untuk pendekatan dalam komunikasi pembangunan, terutama di negara berkembang seperti Indonesia atau dunia ketiga. Tokohnya Everett M. Rogers mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu dari para anggota suatu sistem sosial. Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan - pesan sebagai ide baru, sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai proses di mana para pelakunya menciptakan informasi dan saling bertukar informasi tersebut untuk mencapai pengertian bersama.

10. Teori Kultivasi (Cultivation Theory)
Pernyataan Prabowo (2005, p.45) mengenai tinggi rendahnya kecemasan dipengaruhi oleh terpaan media, sejalan dengan yang dikemukakan oleh George Gerbner. Teori ini menyatakan bahwa dampak dari menonton tayangan televisi lebih besar berada pada sikap penonton daripadatataran perilaku atau kebiasaan mereka. Para pecandu berat televisi (heavy viewers) akan menganggap bahwa apa yang terjadi di dunia televisi itulah duniasenyatanya. Anak-anak yang sering menonton tayangan film kekerasan akan melihat dunia sebagai penuh dengan kekerasan (Nurudin, 2003, p.157). Bahkan, anak-anak yang merupakan heavy viewers akan cenderung memperlihatkan tanda kecemasan, trauma, dan stress pasca-trauma dibandingkan dengan low viewers(Navarro, n.d, p.1). Jika dihubungkan dengan Cultivaton Theory, maka seharusnya responden yang memiliki terpaan informasi yang tinggi mengenai bahaya HIV/AIDS akan merasa lebih cemas dibandingkan dengan responden yang tingkat terpaan informasinya rendah.

11. The Spiral Of Silence Theory
Asumsi : Pesan dari media besar cenderung mendominasi opini publik, pesan itu akan menjadi pembicaraan khalayak (Public Discourse) sementara bisa jadi ada pesan dari media lain yang berbeda dengan media besar tadi, tetapi karena pesan-pesan media besar telah menjadi opini publik, dan pengaruh itu demikian kuat di dalam benak khalayak, maka media-media kecil tadi cenderung utnuk meminimalisasi perbedaanya atau malah menjadi diam atau mendiamkan pesan-pesan itu (Public Discourse)
12. Social Learning Theory
Menjelaskan bahwa belajar adalah melalui sebuah pengamatan atau observasi, teori ini membantah bahwa belajar tidak melalui trial dan error. Tetapi melalui pengamatan, baik pengamatan langsung maupun tidak, yaitu melalui media seperti media massa, buku, dll.


Artikel Terkait

Previous
Next Post »