Dalam ilmu komunikasi setidaknya kita bisa bertemu dengan 2 (dua) pendekatan teoritik. Pertama , teori objektif dan kedua teori interpretif. Dalam teori objektif, teori berfungsi menjelaskan masa lalu dan masa kini serta mempraktikan masa depan. Oleh karena itu, satu teori dianggap baik apabila teori tersebut sederhana (simplicity), bisa diuji (testability), dan berguna (usefulness).
A. APREHENSI KOMUNIKASI
Ada yang menyatakan bahwa aprehensi komunikasi merupakan kondisi kognitif seseorang yang mengetahui bahwa dirinya saat berkomunikasi dengan orang lain karena kekhawatiran dan ketakutannya, tak memiliki pikiran apapun dalam benaknya dan juga tidak memahami sebab akibat sosial sehingga menjadi orang yang “mati rasa”. Ada juga yang menyebutkan bahwa aprehensi komunikasi itu terjadi manakala individu memandang pengalaman komunikasinya itu tidak menyenangkan dan merasa takut berkomunikasi. Teori aprehensi komunikasi juga banyak dipergunakan untuk menjelaskan situasi komunikasi kelompok. Namun, banyak ilmuan komunikasi yang menggunakan teori ini juga untuk menjelaskan komunikasi antarpribadi atau menggunakanya dalam latar atau konteks komunikasi antarpribadi.
"McCroskey sendiri menyatakan bahwa aprehensi komunikasi itu muncul pada manusia karena pengaruh suasana komunikasi di rumahnya. Dinyatakan bahwa factor-faktor lingkungan rumah, seperti jumlah percakapan dengan anggota keluarga dan gaya interaksi anak-orang tua akan mempengaruhi perilaku komunikasi anak. Ini menunjukan bahwa lingkungan keluarga menjadi penentu penting ada tidaknya "
Penyebab aprehensi komunikasi itu ada yang mengelompokan menjadi 3 (tiga) kategori sebagai berikut :
1. Aktivitas berlebihan. Hal ini menunjukan bahwa secara psikologis kita terlalu aktif sebelum kegiatannya sendiri dilakukan.
2. Pemprosesan kognitif yang tidak tepat. Hal ini untuk menunjukan rasa tidak nyaman dalam menghadapi kegiatan komunikasi. Oleh karena itu, penyebab aprehensi komunikasi ini dipandang terkait dengan bagaimana kita berpikir tentang komunikasi dan bagaimana proses komunikasi itu dipandang menakutkan.
3. Keterampilan komunikasi yang tak memadai. Ini untuk menunjukan bahwa kita tak tahu bagaimana berkomunikasi secara efektif. Jika kita merasa tidak terampil berkomunikasi maka dengan sendirinya kita pun akan memandang kegiatan komunikasi merupakan kegiatan yang menegangkan.
B. SELF-DISCLOSURE
Self disclosure merupakan kajian komunikasi dari perspektif internasional. Sesuai dengan istilah untuk menyebut perspektif ini maka perhatian utama dalam tindak komunikasi adalah aspek interaksi. Dalam interaksi tersebut terlibat indikator-indikator sebagai individu – sosial. Yakni individu yang mengembangkan segenap potensi kemanusian melalui interaksi sosial(fister:1986:243). Pada self-disclosure orang membuka diri dan menyatakan informasi tentang dirinya pada lawan komunikasinya. Bahkan informasi yang di ungkapkan pun bukan informasi yang biasa-biasa saja melainkan informasi yang mendalam tentang dirinya.
C. TEORI PENETRASI SOSIAL
Teori ini pada intinya menyatakan bahwa kedekatan antarpribadi itu berlangsung secara bertahap (gradual) dan berurutan yang di mulai dari tahap biasa-biasa saja hingga tahap intim sebagai salah satu fungsi dari dampak saat ini maupun dampak masa depannya.
Dalam teori ini dinyatakan bahwa relasi akan menjadi semakin intim apabila disclosure berlangsung artinya, orang-orang yang menjalin komunikasi antarpribadi masing-masing melakukan, self-disclosure. Pada dasarnya, konsep penetrasi sosial menjelaskan bagaimana kedekatan relasi itu berkembang, gagal untuk berkembang atau berhenti. Konsep ini berusaha untuk menjelaskan bagaimana proses seperti itu bisa terjadi.
D. TEORI PENGURANGAN KETIDAK PASTIAN
Teori ini menjelaskan, hal tersebut dilakukan manusia guna mengurangi ketidakpastian atau meningkatkan prediktabilitas perilaku masing-masing dalam interaksi yang akan mereka kembangkan.
Menggali pengetahuan berupa memahami itulah yang merupakan perhatian utama kita saat bertemu dengan seseorang yang belum kita kenal. Oleh karena itu, kita akan berusaha mengetahui dan memahami siapa orang tersebut.
Teori pengurangan ketidakpastian ini mengungkap beberapa aksioma, yang berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia dalam menjalin relasi antarpribadi.
Aksioma tersebut adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi verbal : mengahdapi tingginya ketidakpastian pada awal perjumpaan dengan orang yang tidak dikenal.
2. Kehangatan non verbal :begitu terjadi peningkatan ekspresi nonverbal maka derajat ketidakpastian akan berkurang pada situasi awal interaksi.
3. Pencarian informasi : tingginya derajat ketidak pastian akan meningkatkam perilaku informasi
4. Self-disclosure: tingginya ketidakpastian dalam 1 relasi akan menurunkan derajat intim dalam komunikasi
5. Timbal balik: tingginya ketidakpastian menghasilkan tingginya tinkat timbal balik.
E. TEORI DIALEKTIKA RELASIONAL
Relasi antarpribadi itu tidak statis atau menurut teori dialektika relational, bersifat cair. Orang-orang yang menjalin relasi dan berkomunikasi antarpribadi pada batinya mengalami apa yang dinamakan tarikan konfli. Tarikan konflik itulah yang menyebabkan relasi menjadi selalu berada dalam kondisi cair, yang di kenal sebagai ketegangan dialektis. Antara harmonis dan konflik atau antara akrab dan musuhan.
Teori ini melihat 2 dialektika yang terjadi dalam relasi antarpribadi :
1. Dialektika internal, yang berlangsung didalam relasi antarpribadi
2. Dialektika eksternal, yang terjadi antara orang yang menjalin relasi dengan berkomunikasi
F. TEORI PENILAIAN SOSIAL
Dalam melakukan penilaian terhadap pesan yang diterima, orang bisa melakukan dua hal, pertama mengkontraskan dan kedua mengasimilasikan. Kontras merupakan distorsi perseptual yang membawa pada polarisasi ide. Sedangkan asimilasi menunjukan kekeliruan penilaian yang bertentangan.Ini terjadi apabila pesan yang disampaikan diterima dalam sikap pendengarnya pada wilayah penerimaan. Teori penilaian sosial melihat pengaruh komunikasi antarpribadi melalui bagaimana individu di pengaruhi oleh kelompok acuannya, yakni kelompok yang digunakan untuk merumuskan identitas individu tersebut, menurut teori ini maka sikap kita dipetakan dalam 1 kontinum, menurut teori ini maka sikap kita tidak bisa berada dalam 1 wilayah tertentu yang dinamakan latitude.
Ada tiga hal yang dikemukaakan “Teori Penilaain Sosial” ini yang sudah di uji melalui eksperimen yang bisa di pergunakan untuk mengkaji pengaruh komunikasi antarpribadi.
Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pembicaraan yang memiliki kredibilitas tinggi akan mampu menyampaikan pesan yang masuk ke dalam wilayah penerimaan pendengarnya.
2. Ambiguitas seringkali lebih baik dibandingkan dengan kejelasan.
3. Ada orang yang sangat dogmatis dalam setiap permasalahan. Oleh karena itu, wilayah penolaknya besar.
Teori ini menyatakan makin besar perbedaan antara pendapat pembicara dan pandangan pendengaranya maka akan makin besar juga perubahan sikapnya, sejauh pesan tersebut berada dalam wilayah penerimaannya. Selain itu keterlibatan ego yang tinggi menunjukan luasnya wilayah penolakan.
4 Gaya yang di kemukakan Caron B. Goode seperti berikut :
1. Gaya behavior : Komunikan yang memiliki gaya behavior lebih menyenangi kebebasan ekspresi diri.
2. Gaya kognitif : Orang seperti ini membutuhkan pengakuan dan pemahaman. Pemahaman mereka orang yang berpikir serius.
3. Gaya Interpersonal : Orang yang seperti ini membutuhkan apresiasi . dalam komunikasi orang seperti ini sangat menuntut kejujuran.
4. Gaya Afektif : Orang seperti ini dinamakan juga sebagai seorang yang visioner atau bahkan disebut juga pemimpi.
Strategi dan Taktik dalam Komunikasi Antarpribadi
Strategi adalah metode atau rencana untuk mencapai tujuan.dengan demikian, strategi komunikasi pada dasarnya merupakan metode atau rencana komunikasi kita. Stategi ini merupakan paduan antara ilmu dan seni. Ada sisi-sisi strategi itu merupakan satu ilmu dan ada pula sisi –sisi yang menunjukan startegi itu merupakan seni. Startegi ini kemudian dijabarkan kedalam sejumlah taktik. Taktik bisa kita maknai sebagai tindakan yang merupakan bagian dari strategi untuk mencapai tujuan.
Strategi komunikasi juga akan banyak menunjukan ditentukan oleh tujuan komunikasi. Tujuan tersebut dapat rinci menjadi :
1. Memperoleh informasi
2. Memberi informasi
3. Membujuk
4. Memecahkan masalah
5. Konsultasi, dan
6. Mendengarkan keluhan.
Berikut ini, tips berkomunikasi yang disampaikan oleh faliklowski. Tips tersebut bisa kita anggap sebagai taktik dalam berkomunikasi untuk mencapai tujuan komunikasi yang sudah ditentukan sebelumnya
1. Tips untuk orang introvret dalam komunikasi dengan ekstrovert
a. Berlatih untuk melakukan percakapan nonproduktif
b. Tampil penuh gairah dan semangat
c. Jadi orang ekspresif
d. Berlatih untuk memulai kontak
e. Mau memberikan umpan balik
f. Mengubah komunikasi nonverbal yang menunjukan keadaan santai dan terbuka.
2. Tips untuk orang eksrtovert dalam berkomunikasi dengan introvert
a. Hormati privasi lawan komunikasi sehingga tidak menunjukan pemaksaan pada mereka.
b. Menyediakan waktu untuk mendengarkan orang lain.
c. Menumbuhkembangkan kepercayaan misalnya dengan menjaga rahasia
d. Jangan bersuara dengan nada tinggi
e. Jangan memberi penilaian
3. Tips untuk orang yang indrawi dalam berkomunikasi dengan orang intuitif
a. Jangan terlalu menggeneralisasikan atau main mutlak-mutlakan karena pengalaman pribadi tak menjadi kebenaran fakta yang bisa saja tidak lengkap
b. Sediakan waktu untuk mempertimbangkan adanya berbagai peluang atau ketidakmungkinkan
c. Luas perspektif
d. Carilah makna dan relasi
e. Tentukan cara baru untuk mengungkapkan informasi
4. Tips untuk orang intuitif komunikasi dengan orang indrawi
a. Fokuslah pada apa yang terjadi sekarang dan disini
b. Dasari gagasan dengan informasi faktual
c. Jadilah orang berkomunikasi secara langsung dan terbuka, hindari penggunaan metafora
d. Tampilah dengan lebih banyak menggunakan pemikiran
e. Hormatilah metode-metode tradisional
Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi
Menurut para ahli, dalam komunikasi antarpribadi, ada 5 (lima) unsur pokok yang terlibat. Kelima unsur tersebut mencakup (a) konsep diri, (b) self-disclosure, (c) menyimak, (d) mengatasi perasaan marah. Pada modul ini kita mempelajari dua hal, yakni konsep diri dan self-disclosure.
Dalam konsep diri ini, kita bisa membayangkan bagaimana kita bercermin untuk mengetahui siapa sesunguhnya diri kita. Menurut Rakhmat (1985:124) menjelaskan proses bercermin diri itu melalui tahapan-tahapan berikut ini. Pertama, kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain. Kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita. Ketiga, kita mengalami rasa bangga atau kecewa pada diri kita sendiri.
Sedangkan William D. Brooks (dalam Rakhmat, 1998:125) menyebut konsep diri sebagai ”persepsi-persepsi fisik, sosial, dan psikologis atas diri kita sendiri yang bersumber dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain”. Berdasarkan definisi dari Brooks tersebut, kita bisa menguraikannya sebagai berikut.
1. Persepsi fisik, yang berkaitan dengan bagaiman akita mempersepsi diri kita secara fisik. Apakah kita ini termasuk orang yang tampan/cantik, biasa-biasa saja atau jelek? Apakah badan kita terlihat gagah atau tidak menarik?
2. Persepsi sosial, yang berkaitan dengan bagaimana orang lain tentang diri kita. Apakah ini termasuk orang yang mudah bergaul, cenderung menyendiri, disukai orang lain atau orang yang ingin menang sendiri.
3. Persepsi psikologis, yang berkaitan dengan apa yang ada pada ”dalam” diri kita. Apakah saya ini orang yang keras pendirian atau keras kepala? Apakah saya termsuk orang yang bahagia karena apa saya bahagia?
4. Pengalaman, yang terkait dengan sejarah hidup kita. Sejak mulai kita dilahirkan hingga usia saat ini tentu mengalami berbagai hal yang berpengaruh pada diri kita. Misalnya, kita menjadi keras kepala karena sering diperlakukan sebagai anak yang berada pada pihak yang salah.
5. Interaksi dengan orang lain, yang terkait bagaimana interaksi dengan orang lain akhirnya membentuk persepsi psikologis bahwa dirinya termasuk orang yang tidak bisa bekerja.
Model yang dipergunakan untuk menjelaskan tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran kita pada diri kita sendiri yang paling populer adalah Jendela Johari (Johari Window) yang dikembangkan Joseph Lutf dan Harry Ingham. Nama Johari merupakan kependekan dari dama depan dua ahli psikologi yang mengembangkan model ini, yaitu Josepf dan Harry. Dalam Jendela Johari ini, manusia dipandang memiliki diri yang digambarkan dalam matriks berikut ini.
Sumber: diolah dari Tubbs dan Moss, (2000:15)
Dengan menggunakan Jendela Johari ini kita bisa melihat hubungan intrapesona dan hubungan antarpribadi (Tubbs dan Moss, 2003:13). Pada setiap kotak – yang kita sebut kuadran – menunjukkan kondisi pribadi kita dalam berkomunikasi. Ukuran setiap jendela –kuadran- tersebut tidak selalu sama. Bisa saja, kuadran 1 menjadi lebih besar dibandingkan dengan 3 kuadran lainnya. Menurut Tubbs dan Moss (2000:13) ukuran setiap kuadran itu ditentukan oleh kesadaran diri sendiri dan orang lain, perilaku, perasaan dan motivasi serta tingkat kepemilikan bersama atas informasi mengenai hal-hal yang dipercakapkan.
Kini kita melihat secara lebih seksama masing-masing kuadran. Pada kuadran 1 yang menunjukan keterbukaan karena kita dan orang lain sama-sama tahu maka semua aspek yang ada pada diri kita sudah kita ketahui dan juga diketahui orang lain. Kebanyakan kegiatan komunikasi kita akan bergantung pada kuadran ini, khususnya untuk komunikasi antarpribadi. Kuadran 1 ini berbeda dengan kuadran 2, yang menunjukkan keadaan kita tidak tahu tetapi orang lain tahu. Pada kuadran ini, ada hal yang diketahui orang lain namun kita sendiri tidak mengetahuinya. Dalam komunikasi antarpribadi, bisa saja kita mendominasi percakapan, namun sebenarnya orang lain tak menyukai hal tersebut. Bisa juga terjadi misalnya, kita merasa cukup mantap menyampaikan satu pesan namun orang lain memandang apa yang disampaikan itu tidak memberi informasi baru.
Sedangkan pada kuadran 3 kita tahu, tetapi orang lain tidak tahu. Di sisi, kita sebagai komunikator menjadi pemegang kendali. Apakah kita menjadi orang yang bijak atau mau menjadi orang yang suka mempermalukan orang lain. Oleh karena pada kuadran ini, kita mengetahui tetapi orang lain tidak mengetahuinya. Apa yang kita ketahui itu bisa tentang diri sendiri atau orang lain. Sebaliknya, pada kuadran 4, baik diri kita maupun orang lain sama-sama tidak mengetahuinya. Ini berkaitan dengan diri kita yang belum kita sadari atau kita ketahui. Begitu juga hanya dengan orang lain tidak mengetahuinya.
Jendela Johari ini dapat dipergunakan untuk menganalisis situasi komunikasi antarpribadi yang kita lakukan. Kita akan mengetahui segi-segi dari diri kita, misalnya kita memandang diri kita sebagai orang yang baik dan tegas kita ketahui, tetapi tidak diketahui orang lain. Sebaliknya, sisi lain dari konsep diri itu, seperti apa yang kita pandang sebagai tegas justru dipandang sebagai orang yang kaku dan tidak memperdulikan orang lain.
Dengan demikian, konsep diri merupakan hal yang penting yang kita lakukan manakala kita mau mengetahui komunikasi antarpribadi yang kita lakukan. Kita juga bisa melakukan introspeksi mengenai praktik komunikasi antarpribadi ini dengan mencoba menyelami konsep diri kita. Jendela Johari juga bisa kita pergunakan untuk tindak penyingkapan diri (self-disclosure) yang merupakan sisi penting lain dari komunikasi antarpribadi yang akan kita bahas setelah kegiatan belajar ini.
RELASI MANUSIA dan KOMUNUNIKASI ANTARPRIBADI
Pada dasarnya, relasi antarpridi itu bersifat dinami, sehingga bisa berubah dari titk harmonis ketitik konflik. komunikasi memegang peran penting dalam membangun, mengebangkan, dan menjaga relasi antarpribadi.
Titik penting dalam relasi antarpribadi itu ada pada pemahman komunikasi bisa membangun pemahaman tetapi bisa juga sebliknya memmbangun ketidaksalahpahaman atau salah pengertian apabila dibangun komunikasi mampu membangun pemahaman maka relasi antarpribadi terbangun rasa percaya diri sehingga membawa pada keterbukaan dan akirnya relasi yang intim. Kemampuan komunikasi dengan baik juga merupakan kemamumpuan yang khas yang dimiliki oleh yang memiliki kecerdasan antrapribadi.
Ciri-Ciri kemampuan menjalin relasi dan berkomunikasi
1. menunjukan empati terhadap orang lain.
2.Di hargai sesama
3. Menjalin relasi yang baik dengan sebaya
4.Menujukan kemampuan memimpin
5.Bekerja secara kooperatif dengan relasi orang lain.
6.Bisa bertindak sebagai moderator atau konselor bagi orang lain
7.Peka terhadap orang lain
8.Bisa memahami orang lain
9. Memiliki kemampuan meorganisasikan komunikasi dan adakalanya memanipulasi orang lain
RELASI DAN KEBUTUHAN MANUSIA
Dalam hirarki kebutuhan, manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dari yang paling hingga yang tertinggi seperti berikut:
1. Kebutuhan fisiologis: kebutuhan mempertahankan kelangsungan hidup
2. Kebutuhan rasa aman seperti mendapatkan perlindungan aman
3. Kebutuhan cinta kasih dan memiliki seperti mendapatkan pasangan hidup
4.Kebutuhan harga diri seperti ingin di hargai dan di hormati oranglain.
5.Kebutuhan aktualisasi diri seperti mengikuti club dan prestisius
Jalaludin rahman(1985:47-49) Menjelaskan bahwa motif manusia dapat diuraikan berdasarkan pendekatan sosiogenis, yakni motif sekunder sebgai lawan dari motif primer(biologis)
motif-motif tersebut mencakup sebagai berikut:
1. Motif ingin tahu : mengerti, menata, memduga,
2.Motif kompetensi: menunjukan kemapuan menyelesaikan masalah.
3. Motif cinta: mencintai dan dicintaiorang lain
4. Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas
5. Kebutuhan akan pemenuhan atau aktualisasi diri
SIFAT RELASI MANUSIA
Komunikasi memegang peran penting dalam membangun relasi harmonis atau menyelesaikan konflik.
Bahkan konflik pada dasarnya merupakan persepsi atas pikiran dan perasaan orang lain dari diri sendiri kita yang berkomunikasi oleh karena itu komunikasi bisa melahirkan konflik bisa mencerminkan konflik apakah menjadi destruktif atau konstruktif
Dalam mengatasi konflik manusia memiliki kemampuan untuk mengelola konflik tersebut. Ada beberapa strategi yang bisa di pergunakan dalam strategi tersebut sebagai berikut:
1. Menghindar
2. Memaksa orang lain untuk menerima solusi yang ditawarkan
3. Melunak
4. Kompromi
5. Memandang konflik sebagai perkara yang harus diselesaikan
Ini kurang lebih sama dengan pendekatan managemen konflik yang memiliki cara mengatasi konflik dengan cara berikut:
1. Menmghindar
2. Membantu
3.Kompromi
4. Dominasi
5.Intergrasi
PENGEMBANGAN RELASI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
Jenis-jenis relasi yang ada dalam kehidupan meliputi:
1. Relasi yang di formalkan sepertinperkawinan
2. Relasi intim seperti sepasang kekasih
3.Persahabatan
4. Keluarga
5.Kekerabatan
6.Persaudaraan
Untuk membangun relasi yang akrab itu kita perlu mengetahui apa yang diharapkan manusia akan mendapatkan kegembiraan, keyakinan, berbagi kepercayaan. saling membantu, spontanitas, sedangkan untuk relasi dalam keluarga kita bisa menggunakan teori pandangan komunikasi antarpribadi.
Teoti ini antara lain di bangun perdasarkan aksioma bahwa komunikasi adalah isi ditambah relasi. oleh karena itu dalam berkomunikasi antarpribadi inti dan relasi menjadi faktor yang ditentukan.
komunikasi antarpribadi dan keterampilan komunikasi
KAP adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2004).
Komunikasi Interpersonal (KIP) adalah interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil (Febrina, 2008).
KIP Antara Dua Orang adalah komunikasi dari seseorang ke orang lain, dua arah interaksi verbal dan nonverbal yang menyangkut saling berbagi informasi dan perasaan.
KIP Antara Tiga Orang/ lebih, menyangkut komunikasi dari orang ke beberapa oarng lain (kelompok kecil). Masing-masing anggota menyadari keberadaan anggota lain, memiliki minat yang sama dan/atau bekerja untuk suatu tujuan.
KAP merupakan komunikasi paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang.
Menurut Kumar (2000: 121-122), lima ciri efektifitas KAP sebagai berikut:
Keterbukaan (openess).
Empati (empathy).
Dukungan (supportiveness).
Rasa positif (positiveness).
Kesetaraan (equality).
Feedback yang diperoleh dalam KAP berupa feedback positif, negatif dan netral. Prinsip mendasar dalam komunikasi manusia berupa penerusan gagasan.
David Berlo (1997:172) mengembangkan konsep empati menjadi teori komunikasi. Empat tingkat ketergantungan komunikasi adalah:
Peserta komunikasi memilih pasangan sesuai dirinya.
Tanggapan yang diharapkan berupa umpan balik.
Individu mempunyai kemampuan untuk menanggapi, mengantisipasi bagaimana merespon informasi, serta mengembangkan harapan-harapan tingkah laku partisipan komunikasi.
Terjadi pergantian peran untuk mencapai kesamaan pengalaman dalam perilaku empati.
Keterampilan komunikasi dalam konteks komunikasi antarpribadi, pada dasarnya mencakup 4 aspek, yaitu :
1. Keterampilan Berbicara
Kita dapat merumuskan bahwa berbicara adalah menyampaikan pikiran, perasaan atau pendapat pada lawan komunikasi secara lisan. Oleh karena menyampaikan pesan secara lisan maka bisa juga dinamakan sebagai komunikasi oral/lisan. Tentu setiap orang memiliki tujuan masing-masing saat berbicara pada orang lain. Tujuan saat berbicara pada orang lain untuk mempengaruhi atau meneguhkan sikap, pendapat, dan perilaku orang lain. Dengan demikian, kita bisa menambahkan pada rumusan tadi dengan tujuan berbicara sehingga dirumuskan menjadi penyampaian pikiran, perasaan atau pendapat secara lisan pada lawan komunikasi dengan tujuan tertentu.
2. Keterampilan Menulis
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang menyimak ini, ada baiknya kita merumuskan dulu apa yang dimaksud dengan menyimak (llistening). Kita harus membedakan menyimak atau mendengarkan dengan mendengar. Mendengar hanya menangkap suara yang masuk ke dalam gendang telinga. Kita mendengar berbagai bunyi-bunyian ketika kita masuk ke mal atau pasar malam. Tapi, kita tidak mendengarkan bunyi-bunyian tersebut karena mendengarkan atau menyimak lebih dari sekedar menangkap suara dengan gendang telinga tetapi juga memperhatikan dengan penuh konsentrasi, menganalisis, mencerna dan merangkai makna bunyi-bunyian yang membentuk makna tersebut. Dengan demikian, menyimak berarti bukan hanya proses fisik yang melibatkan gendang telinga melainkan melibatkan segenap diri kita yang membuat kita konsentrasi,menganalisis, mencerna, merangkai makna dan menyimpulkan apa yang dikatakan orang lain.
3. Keterampillan Membaca
membaca merupakan kegiatan komunikasi manusia yang cukup penting. Setelah peradaban manusia mengenai huruf untuk menyampaikan pikiran, perasaan atau pendapat maka membaca merupakan kemampuan dasar yang mesti dimiliki manusia. Adanya program pemberantasan buta huruf di berbagai negara di dunia ditunjukkan pentingnya kemampuan membaca untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. oleh karena berbagai kegiatan manusia kini tidak bisa dilepaskan dari membaca ini. Termasuk, ketika kita ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan maka membaca merupakan salah satu sarananya.
Membaca bukan hanya dilakukan pada taraf komunikasi massa, seperti membaca koran dan majalah atau running text di layar televisi tetapi juga dalam taraf komunikasi antarpribadi seperti membaca surat dan SMS. Kita hidup pada zaman di mana banyak komunikasi antarpribadi dilakukan melalui membaca. Orang yang buta aksara tentu tidak akan mampu saling berkirim SMS atau chatting. Hal tersebut menunjukkan betapa membaca pun merupakan bagian penting dari komunikasi antarpribadi sekarang ini.
4. Keterampilan Menulis
Sebagai pasangan keterampilan membaca tentulah keterampilan menulis. Kita membaca karena ada yang menulis dan begitu juga sebaliknya kita menulis karena ada yang akan membaca. siapa yang membaca akan menentukan bagaimana kita menulis. Apabila kita melakukan komunikasi interpribadi maka kita menulisnya terkadang dengan menggunakan sandi-sandi tertentu sehingga makna tulisan itu hanya diri kita sendirilah yang memahaminya. Apabila komunikasinya antarpribadi dan bersifat “rahasia” sering kali digunakan kata-kata tertentu yang maknanya hanya bisa dipahami oleh orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi itu.
Menyampaikan pikiran atau perasaan secara tertulis dalam komunikasi antarpribadi seperti diuraikan saat kita membahas keterampilan membaca tadi, sudah merupakan tuntutan. Mobilitas sosial yang tinggi dan tersedianya teknologi komunikasi memungkinkan komunikasi antarpribadi dilakukan dengan menggunakan pesan tertulis. Kini manusia dengan mudah bergerak dari satu tempat ke tempat lain di dunia ini dan adanya handphone membuat orang mudah berkomunikasi, termasuk komunikasi antarpribadi, dengan saling berkirim SMS misalnya.
Salah satu hal yang perlu kita pertimbangkan dengan baik saat menulis adalah siapa yang akan membacanya. Ini bisa kita ibaratkan dengan kita berbicara. Pada saat kita berbicara pada anak kecil, kita hendak mencadel-cadelkan diri. Cara berbicara seperti itu tentu saja tidak kita lakukan saat kita berbicara dengan orang tua atay seorang remaja. Artinya, komunikasi yang kita lakukan akan bergantung pada siapa lawan komunikasi kita. Prinsip ini juga digunakan dalam komunikasi tertulis.
Analisis komunikasi antarpribadi
Suasana komunikasi antarpribadi
Menurut teori fundamental intepersonal relationsip orientation (FARO), Alasan manusia menjalin relasi antarpribadi adalah untuk memenuhi tiga kebutuhan antarpribadi, yakni kebutuhan inklus, kontrol, dan kasih sayang. Manusia memang akan selalu membutuhkan untuk terlibat dan dilibatkan dalam hidup bersama dengan oranglain. Dalam hidup bersama dengan orang lain itu, manusia tentunya membutuhkan kontrol agar orang lain bisa berperilaku seperti yang dikehendakinya. Manusia juga membutuhkan kasih sayang dari sesamanya. Oleh karena kebutuhan-kebutuhan itulah maka manusia menjalin komunikasi antarpribadi dan ralasi antarpribadi dengan sesamanya.
Kini kita akan membahas bagaimana berkomunikasi antarpribadi dalam tiga suasana komunikasi yang berbeda, yakni dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence) satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain. Kini kita akan membahas bagaimana berkomunikasi antarpribadi dalam tiga suasana komunikasi yang berbeda, yakni dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence) satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain. Kini kita akan membahas bagaimana berkomunikasi antarpribadi dalam tiga suasana komunikasi yang berbeda, yakni dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence) satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain.
A.KONFLIK
Menurut Hocker dan Wilmot (1985;20) konflik di ekspresikan dalam proses komunikasi melalui isi dan relasi. Kita bisa kembali pada kisah sahili tadi. Tatkala sahili menjawab pertanyaanya dengan ketus, kita tentu bisa melihat bukan hanya isi pesan yang disampaikan melalui komunikasi itu yang menunjukan “ suasana yang lain dari biasanya” tetapi juga menggabarkan bagaimana kondisi relasi anatar sahili dan temanya saat itu. Pesan komunikasi verbal dan nonverbal yang disampaikan sahili menunjukan bagaimana relasi anatara sahili dan temanya saat itu. Sahili mengambil jarak, untuk menghindari percekcokan dengan temanya itu.
Hocker dan Willmot(1985;39) menyajikan beberapa asusimsi yang berkaitan dengan gaya konflik yang dikembangkan individu. Asumsi – asumsi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Manusia mengembangkan respon- respon terpola terhadap konflik.
2. Manusia mengembangkan gaya konflik untuk alasan-alasan yang bisa diterima oleh dirinya sendiri.
3. Tidak ada satu gaya konflik pun yang dengan sendirinya lebih baik dibandinmg dengan gaya yang lain.
4. Gaya manusia terus berubah guna menyesuiakan dengan tuntutan- tuntutan situasi baru.
B. DARURAT
(Thmaslisan , 1997) . Metode ini melihat, pada setiap orang yang terlibat relasi antarpribadi, ada tiga tingkatan pengalaman atau persepsi di namakan dengan istilah perspektif yaitu:
1. Perspektif langsung
2. Meta perspektif
3. Meta-meta perspektif
4. Ketiga tingkatan itu menunjukan adanya lapisan perseptual pada manuisa.
5. Persektif langsung, adalah pandangan individu terhadap perilaku, objek, pribadi,peristiwa, kegiatan atau apapun uang bisa dilihat dan ditafsirkan dalam dunia keseharian, misalnya bisa menyatakan ungkapan evaluatif dengan menyatakan “ saya suka musik dangdut” atau “musik dangdut itu kampungan”. Sedangkan yang dinamakan metaperspektif adalah apa yang kita bayangkan dengan apa yang kita pikirkan atau kita rasakan orang lain,misalnya “saya kira tetangga sayapun suka musik dangdut”. Adapun dengan meta-meta perspektif adalah merupakan upaya kita untuk menentukan pengalaman atau persektif orang lain pada diri kita. Meta – meta perspektif itu akan muncul dengan sendirinya apabila seseorang beranggapan tahu metaperspektif orang lain, misalnya “saya yakin tetangga saya pun tahu kalau saya suka dangdut”.
Praktik Komunikasi Antarpribadi dalam Hidup Keseharian
Asumsi-asumsi tentang orang lain ini mencakup berikut
1. Tindakan dan komunikasi orang lain bermakna bagi mereka sendiri meski kita tidak mengetahui apa maknanya,
2. Kita berkomunikasi untuk meningkatkan kontrol kita atas perilaku diri sendiri dan orang lain.
3. Dengan mengabaikan semua kandungan satu pesan, semua tindak komunikasi adalah signifikan lantaran memilki pengaruh yang positif dan negatif terhadap citra diri baik komunikator maupun komunikasi.
4. Semua orang memiliki kebutuhan psikologis dan biologis yang sama, namun persepsinya terhadap apa yang bisa memenuhi kebutuhan itu beragam karena alesan-alesan kultural dan individual.
5. Bagi semua orang, pemuasan berbagai kebutuhan kita untuk jangka panjang, mengharuskan orang mesti bekerja sama dan berkomunikasi dengan orang lain.
A.LATAR SOSIAL
Ada banyak kegiatan komunikasi antarpribadi yang kita lakukan dalam hidup keseharian kita. Relasi antarpribadi yang dikembangkan pun merupakan relasi komunal. Kegiatan komunikasi antarpribadi tersebut di lakukan mulai dari persahabatan, hubungan antara sepasang kekasih hingga relasi dalam lembaga perkawinan. Sesuai dengan watak relasi antarpribadi yang berupa persahabatan, berpacaran atau perkawinan tidak selamanya berada dalam situasi yang intim karena adakalanya juga terjadi konflik di antara pihak-pihak yang menjalin relasi tersebut.
Dalam hidup perkawinan, banyak komukasi antarpribadi yang dilakukan merupakan komunikasi dyadik. Bahkan konon, kebanyakan kegiatan komunikasi manusia dengan sesamanya, baik dalam lingkungan keluarga atau masyarakat, berlangsung secara dyadik. Oleh karena itu, disamping komunikasi masa, pengalaman komunikasi terbesar manusia lainya adalah komunikasi dyadik ini. Bahkan, untuk pasangan tertentu, seperti pasangan kekasih atau pasangan suami istri, komunikasi dyadik ini merupakan kebutuhan karena dipandang a Melalui komunikasi dyadik, masing-masing membuka diriinya sendiri(self-disclosure) dan masing-masing berusaha memahami lebih mendalam lawan komunikasinya. Mengingat pentingnya komunikasi dyadik ini dalam kehidupan manusia maka banyak ahli komunikasi yang mengkaji situasi komunikasi ini. Satu kajian yang penting kita cermati adalah daur – hidup (life-cycle) komunikasi dyadik ini.
kan semakin mempererat ikatan relasional diantara keduanya.
B.LATAR BISNIS
Relasi antarpribadi yang sehat dan iklim komunikasi yang terbuka itu akan membuat para staff dan karyawan merasa :
1. Sumbangan pemikiran dan gagasanya diberi penghargaan dan pengakuan;
2. Keluhan yang disampaikanya akan ditangani dengan serius, dikaji, dan bahkan diselesaikan dengan cara yang memuaskan;
3. Orang yang posisinya tetinggi di dalam hierarsi organisasi memamndang tidak akan memanipulasi arus komunikasi untuk mengontrol staff dan karyawan;
4. Orang yang posisinya tertinggi didalam hierarki organisasi memandang staff dan karyawan sebagai manusia yang kebutuhan dan aspirasinya jauh lebih tinggi dibandingakn fungsi-fungsi organisasionalnya.
Hal ini sebenarnya sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam cara pandang kita terhadap oragnisasi bisnis. Pada awalnya, untuk mendorong meningkatkan produktifitas , banyak oraganisasi memandang dirinya sebagai satu kekuatan yang lebih besar dari manusia sehingga manusia harus mengikuti apa yang dikehendaki organisasi. Namun, tatkala organisasi mulai dipandang sebagai “mahluk hidup” dan para karyawan pun dipandang sebagai aset maka penghargaan terhadap dimensi kemanusiaan pun mulai berkembang. Manusia tidak dipandang sebagai alat produksi melainkan merupakan manusia yang memiliki kebutuhan dan aspirasi yang apabila diperhatikan akan mampu meninggkatkan produktifitas organisasi tersebut.
ETIKA KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan pernah lepas dari komunikasi. Dari mulai kita bangun tidur sampai kemudian tertidur kembali, komunikasi selalu menjadi kegiatan utama kita entah itu komunikasi verbal atau non verbal, entah itu komunikasi antar pribadi atau komunikasi organisasi.
Hal seperti ini memang telah menjadi kodrat kita sebagai seorang manusia yang memang tidak dapat hidup sendiri. Kita selalu membutuhkan orang lain disekitar kita, walaupun hanya untuk sekedar melakukan obrolan basa-basi karena manusia adalah makhluk sosial dan dari dalam interaksi itulah manusia lambat laun menciptakan nilai-nilai bersama yang kemudian disebut sebagai kebudayaan.
Dalam nilai-nilai yang terbentuk tersebut terdapat beberapa kaidah yang bertujuan mengatur tata cara kita berkomunikasi antar sesama tanpa menyakiti hati dan menjunjung tinggi etika sebagai sebuah tanda penghargaan pada lawan bicara kita. Namun terkadang pemakaian sesuatu yang kita anggap sebuah etika dapat berakibat pada sesuatu yang tidak menyenangkan dan menimbulkan kesalahpahaman antar sesama. Mengapa hal itu bisa terjadi? Padahal tujuan kita menggunakan etika adalah untuk mencoba menghargai khalayak.
Pemakaian etika dalam konteks komunikasi antar pribadi memiliki paradoks tersendiri. Di lain pihak, hal ini dapat menjadi hal yang positif namun terkadang sesuatu yang negatif dan cenderung merusak dan memperburuk keadaan juga dapat terjadi. Berbagai hal dinilai bertanggung jawab atas hal ini. Dari mulai cara kita berkomunikasi antar sesama sampai pada saat kita menggunakan etika dalam berinteraksi.
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Menyandang predikat sebagai mahkluk sosial, manusia selalu terlibat dan berinteraksi dengan orang lain baik secara kelompok maupun secara personal. Dalam keterlibatannya dalam interaksi antar pribadi, manusia melakukan pertukaran pesan melalui berbagai macam simbol yang disepakati bersama dimana penggunaan pancaindra yang dimiliki dapat secara maksimal dan saling memberikan umpan balik. Komunikasi yang memang terjadi di dalam lingkup kecil ( hanya antara 2-3 orang) ini memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan psikologis dan mutu hubungan kita dengan orang lain.
ETIKA
Banyak orang beranggapan bahwa dalam sebuah pembicaraan, kita harus menggunakan etika untuk menghargai dan menghormati lawan bicara. Ada sebuah teori yang mendefinisikan etika sebagai, “sebuah cabang ilmu filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma, moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya”. Dalam teori ini, etika memiliki 3 tujuan, yaitu:
• Membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggung jawabkan
• Membantu manusia mengambil sikap dan tindakan secara tepat dalam hidup ini
• Tujuan akhir untuk menciptakan kebahagiaan.
Terlepas setuju atau tidaknya kita dengan teori diatas, namun ada hal yang bisa kita sepakati bahwa etika berhubungan dengan moral,”sistem tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia.”
ETIKA KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Persoalan etika yang potensial selalu melekat dalam setiap bentuk komunikasi antar pribadi sehingga komunikasi dapat dinilai dalam dimensi benar-salah, melibatkan pengaruh yang berarti terhadap manusia lain, sehingga komunikator secara sadar memilih tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai dan cara-cara komunikasi guna mencapai tujuan tersebut. Apakah seorang komunikator bertujuan menyampaikan informasi, meningkatkan pemahaman seseorang, memudahkan keputusan yang bebas pada orang lain, menawarkan nilai-nilai yang penting, memperlihatkan eksistensi dan relevansi suatu persoalan sosial, memberikan sebuah jawaban atau program aksi atau memicu pertikaian—persoalan etika yang potensial terpadu dalam upaya-upaya simbolik sang komunikator. Demikianlah keadaannya pada sebagian besar komunikasi pribadi, baik komunikasi antara 2 orang, dalam kelompok kecil, dalam retorika gerakan sosial maupun dalam hubungan masyarakat.
Bahkan muncul ungkapan bahwa manusia adalah satu-satunya hewan” yang secara harfiah dapat disebut memiliki nilai”. Lebih khusus lagi, barangkali esensi tertinggi manusia adalah homo ethicus, manusia adalah pembuat penilaian etika. Tetapi muncul pertanyaan, mengapa mempersoalkan etika dalam komunikasi antar pribadi? Jelas, dengan menghindari pembicaraan mengenai etika dalam komunikasi, orang akan bersandar pada berbagai macam pembenaran: (1) setiap orang tahu bahwa teknik komunikasi tertentu adalah tidak etis jadi tidak perlu dibahas; (2) karena yang penting dalam komunikasi hanyalah masalah kesuksesan maka masalah etika tidak relevan; (3) penilaian etika hanyalah masalah penilaian individu secara pribadi sehingga tak ada jawaban pasti; dan (4) menilai etika orang lain itu menunjukkan keangkuhan atau bahkan tidak sopan.
Secara potensial timbul ketegangan antara ” kenyataan” dan “keharusan”, antara yang aktual dan yang ideal. Mungkin terdapat ketegangan antara apa yang dilakukan setiap orang dengan apa yang menurut kita harus dilakukan oleh orang tersebut. Mungkin terdapat konflik antara komunikasi yang kita pandang berhasil dan penilaian teknik tersebut tidak boleh digunakan karena cacat menurut etika. Kita mungkin terlalu menekankan pemahaman tentang sifat dan efektivitas teknik, proses dan metode komunikasi dengan mengorbankan perhatian pada masalah etika tentang penggunaan teknik-teknik seperti itu. Kita harus menguji bukan hanya bagaimana, melainkan juga apakah kita secara etis harus , memakai berbagai macam metode dan pendekatan. Masalah “apakah”, jelas bukan hanya penyesuaian khalayak, melainkan maslah etika. Kita boleh merasa bahwa tujuan-tujuan etika itu tidak dapat dicapai secara nyata sehingga tidak banyak manfaatnya.
Bagaimana para peserta dalam sebuah transaksi komunikasi pribadi menilai etika dari komunikasi itu, atau bagaimana para pengamat luar menilai etikanya, akan berbeda-beda tergantung pada standar etika yang mereka gunakan. Sebagian diantara bahkan mungkin akan memilih untuk tidak mempertimbangkan etika. Namun demikian, masalah etika yang potensial tetap ada meskipun tidak terpecahkan atau tidak terjawab.
Apakah seorang komunikator menginginkan penilaian etika atau tidak? Komunikan umumnya akan menilai, secara resmi ataupun tidak resmi, upaya komunikator berdasarkan standar etika yang relevan menurut mereka. Jika bukan karena alasan lain, selain alasan pragmatik, yakni untuk kesempatan meningkatkan kesuksesan , komunikator perlu mempertimbangkan kriteria etis para khalayaknya.
KESIMPULAN
Pemahaman yang berbeda mengenai nilai-nilai etika yang ada membuat setiap orang dapat memiliki penilaian yang berbeda terhadap setia etika komunikasi. Dalam komunikasi antar pribadi penggunaan etika haruslah berhati-hati karena bukanlah tidak mungkin bahwa pemahaman etika kita berbeda dengan komunikan. Kurangnya pemahaman antar sesama dapat memunculkan miss communication yang akan berujung pada timbulnya berbagai macam prasangka dan salah paham.
Dalam berbagai macam perbedaan tersebut, kita harus mampu beradaptasi dengan cepat. Nilai-nilai yang membentuk etika harus kita pahami dengan benar karena sebenarnya tidak ada komunikasi yang tidak menggunakan nilai-nilai etika di dalamnya, setiap bentuk komunikasi selalu menggunakan etika walaupun dalam kadarnya masing-masing sesuai dengan konteks, tujuan dan situasi yang ada.
EmoticonEmoticon